Sunday, March 22, 2015

Menilik Kemeriahan Pesta Perkawinan Adat Batak Toba, Langsung dari Balige!

Menilik Kemeriahan Pesta Perkawinan Adat Batak Toba, Langsung dari Balige!

 | 
Tamu-tamu undangan duduk memadati meja-meja kayu panjang yang disusun sedemikian rupa di sekeliling pelaminan. Di setiap meja, tersedia sebuah ember kecil berisi sedikit air. Meskipun ini upacara pernikahan, ada juga ibu penjaja kacang dan air mineral yang berkeliling menawarkan dagangannya.
Itulah sekilas pandang ketika saya memasuki lantai dua gedung pertemuan HKBP Balige, Kabupaten Toba Samosir, tempat pesta perkawinan teman saya dilangsungkan pada Kamis (12/3/2015) lalu. Saya takjub, suasana pestanya benar-benar jauh berbeda dengan resepsi pernikahan yang biasa saya datangi di Jawa.
Resepsi perkawinan di Jawa biasanya cuma dilangsungkan selama kurang lebih 2 jam, tamu-tamu bersalaman dengan mempelai, foto bareng, menyantap makanan prasmanan, lalu pulang. begitulah tamu datang silih berganti. Sementara, pesta perkawinan adat Batak Toba terasa lebih lama dan rumit, karena sebagian besar prosesi adat dilakukan pada satu waktu. Beda dengan adat Jawa yang prosesiseserahan, siraman, dan resepsinya dilangsungkan pada waktu yang berbeda.
Menyambung catatan perjalanan ke Toba Samosir sebelumnya, kali ini saya akan mengulas menariknya pesta perkawinan adat Batak Toba yang beruntung bisa saya saksikan secara langsung.

Pesta perkawinan pagi itu dimulai dengan prosesiMarsibuhai-buhai

Prosesi marsibuhai-buhai
Prosesi marsibuhai-buhai via www.hipwee.com
Marsibuhai-buhai merupakan acara pembuka dalam rangkaian pernikahan adat Batak. Sebelum melakukan pemberkatan dan pesta adat, mempelai pria terlebih dulu menjemput mempelai wanita di kediamannya bersama keluarga.
Berbekal kamera, saya mengawal rombongan mempelai wanita menujuMiangai, rumah “pinjaman” tempat di mana mempelai wanita akan dijemput oleh pihak pria. Miangai biasanya digunakan jika keluarga mempelai wanita tidak berasal dari daerah situ, seperti teman saya yang berasal dari Belitung. Makanya, mereka “meminjam” rumah kerabat satu marga yang berada di daerah tempat pernikahan dilangsungkan. Soalnya, gak mungkin, ‘kan menjemput mempelai wanita sampai ke Belitung sana dari Balige?
Sembari menanti datangnya pihak mempelai cowok, acara dimulai dengan doa dan makan bersama. Tamu-tamu disodori makan berat berupa nasi dengan lauk saksang babi khas Batak Toba.
adasd
Mempelai wanita resmi dijemput. via www.facebook.com
Tak lama, pihak mempelai lelaki pun tiba. Diiringi musik Batak yang sepintas mirip tanjidor Betawi, prosesi Marsibuhai-buhai pun dimulai. Mempelai pria didampingi keluarganya memasuki rumah Miangai dan melakukan seserahan secara simbolis. Usai mendaraskan doa bersama, kedua pihak mempelai bergegas menuju Gereja HKBP Balige, tempat pemberkatan dan pesta adat dilangsungkan.
  

Pemberkatan di Gereja atau Pamasu-Masuon, prosesi paling khidmat di antara seluruh rangkaian pernikahan adat Batak Toba

Pamasu-masuon
Pamasu-masuon
Musik dengan irama yang semangat tak berhenti mengiringi sampai rombongan kedua mempelai memasuki gereja HKBP Balige. Di sinilah nantinya pemberkatan dan proses pencatatan sipil dilaksanakan. Prosesi pemberkatan ini disebutPamasu-Masuon dan berlangsung kurang lebih satu jam. Saat itu, pemberkatan dipimpin oleh seorang pendeta wanita.
Saya perhatikan, kostum batikgak terlalu populer dalam pesta adat Batak ini. Yang pria mengenakan setelan jas lengkap, sementara yang perempuan mengenakan kebaya dipadukan dengan kain ulos. Sehelai kain ulos diselempangkan di bahu sebelah kanan sebagai hiasan yang khas dari batak Toba.
Bisa dibilang, pamasu-masuon adalah bagian paling khidmat dan tenang di antara seluruh prosesi pernikahan adat Batak. Soalnya, prosesi berikutnya tak pernah sepi, selalu heboh dan meriah. Seusai mengucapkan janji perkawinan, acara dilanjutkan dengan pencatatan sipil oleh petugas.
Sebelum pindah ke pelaminan, kedua mempelai berfoto bersama keluarga, kerabat, dan teman-teman dekat. Karena, prosesi adat selanjutnya gak bisa sembarangan dipotong buat foto-foto. Ini berbeda dengan resepsi pernikahan di Jawa, di mana kegiatan foto-foto biasanya dilakukan di pelaminan.

Marunjuk, puncak dari seluruh prosesi perkawinan adat Batak yang unik dan meriah
Marunjuk, puncak acara pesta perkawinan adat Batak
Marunjuk, puncak acara pesta perkawinan adat Batak via www.hipwee.com
Usai berfoto bersama sanak kerabat, pengantin diantar menuju gedung pertemuan di belakang gereja, tempat pesta adat atau marunjuk dilaksanakan. Inilah acara puncak dari seluruh prosesi pernikahan adat Batak: pesta diiringi musik tanpa henti sampai matahari terbenam. Konon, marunjuk ini dulunya bisa berlangsung berhari-hari. Kebayang gak gimana stamina yang mesti dipersiapkan kedua mempelai hanya untuk pesta? Untungnya, pesta yang saya hadiri kali ini “hanya” berlangsung kurang lebih delapan jam. Fiuhh!
Jangan membayangkan gedung pertemuan mewah ala ballroom hotel; gedung yang mereka gunakan ini sama sekali jauh dari kesan mewah. Sebaliknya, gedungnya sederhana dan terbuka, seolah menyambut siapa saja yang datang tanpa memandang status.
Ada sejumlah tahapan acara yang berhasil saya tangkap saat pesta marunjuk ini berlangsung:

Mengiringi pengantin ke pelaminan

Memberkati kedua mempelai di pelaminan
Memberkati kedua mempelai di pelaminan via www.hipwee.com
Marunjuk dimulai dari sanak keluarga mengantarkan kedua mempelai menuju pelaminan. Di sini, mereka berdua didoakan dan diberkati lewat taburan beras di kepalanya. Tubuh mempelai wanita lalu dililitkan ulos sampai menutupi kebayanya, sementara mempelai pria menyampirkan ulos di bahu sebelah kanan.
Di pelaminan, pengantin gak didampingi oleh orang tuanya, melainkan oleh seorang pendamping pria dan pendamping wanita. Biasanya, yang dipilih untuk mendampingi mempelai adalah mereka yang bukan dari anggota keluarga inti dan masih lajang. Tapi, sepertinya pelaminan ini hampir gak digunakan sepanjang acara. Mempelai biasanya ikut melantai dan bergabung dengan sanak keluarga.


Menyambut Hula-hula

Penyambutan hula-hula
Penyambutan hula-hula via www.hipwee.com
Penyambutan Hula-hula ini mirip sama acara salaman yang jadi inti resepsi pernikahan di Jawa. Hula-hula adalah sanak keluarga dan kerabat baik dari pihak laki-laki maupun perempuan yang disambut oleh keluarga dekat dari pihak laki-laki. Selama penyambutan ini, para tamu berbaris sesuai urutannya dan bersalaman sambil menari Tor-tor diiringi musik Batak yang bertempo cepat.
Yang wanita diwajibkan membawa tandok atau wadah beras dari anyaman pandan di atas kepala sebagai simbol hadiah kepada mempelai. Meski membawa beban, mereka tetap santai berjalan dengan sepatu bersol tinggi. Padahal, beban di kepala mereka bisa mencapai belasan kilogram, lho. Di ujung barisan, ada orang yang bertugas memberi selembar uang pada hula-hula ini.

Pasahat jambar

Kepala kerbau sebagai jambar
Kepala kerbau sebagai jambar via www.hipwee.com
Di pesta adat Batak Toba, ada pembagian jambar kepada sanak keluarga serta orang-orang yang terlibat dalam pelaksanaan acara. Jambar ini berupa daging dan uang. Untuk jambar daging, si empunya pesta biasanya memotong babi. Tapi jika mereka tergolong mampu, mereka akan memotong kerbau untuk dibagikan.
Bagian-bagiannya pun sudah ditentukan secara adat. Bagian kepala untuk siapa, ekor untuk siapa, perut untuk siapa. Yang jelas, semuanya mendapat adil sesuai porsi dan peraturan adat. Yang menarik, jambar daging ini dipotong-potong dan dibagikan di depan pelaminan. Di mana lagi bisa kamu temukan potongan kepala kerbau di atas meja undangan? Benar-benar epik!

Marhata Sinamot

Saweran
Saweran di marhata sinamot via www.hipwee.com
Nah, kalau yang ini adalah acara penyerahan mahar dari pihak lelaki (paranak)kepada pihak wanita (parboru) sesuai jumlah yang sudah ditentukan sebelumnya. Mahar ini diterima oleh ibu dari mempelai wanita dengan ulos yang terbuka.
Selanjutnya, paranak juga melakukan manor-tor sambil berkeliling menyalami keluarga parboru satu per satu. Secara bergiliran, masing-masing orang dari pihak lelaki menyelipkan uang ke jari anggota keluarga dari pihak wanita. Sepintas miripsaweran di acara joget. Hehehe.

Mangulosi

Saat prosesi mangulosi
Saat prosesi mangulosi via www.hipwee.com
Nah, inilah yang menjadi bagian puncak sekaligus yang paling penting dari prosesi marunjuk. Prosesi mangulosi atau memberi ulos dimulai dari orang tua kedua mempelai menyampirkan selembar ulos kepada mempelai sembari memberi wejangan dan doa. Selanjutnya, keluarga dekat mempelai dan hula-hula secara bergantian menyampirkan ulos kepada mempelai sebagai hadiah pernikahan.
Akhirnya, teman saya sempat menitikkan air mata saat mangulosi ini. Entah karena terharu mendengar wejangan dari sang ibu atau karena capek. Oh iya, dipenghujung prosesi mangulosi, saya dan tiga teman saya juga diulosi sebagai ucapan terima kasih dari keluarga mempelai.

Sepanjang prosesi marunjuk ini, musik tak pernah berhenti mengiring. Tarian tor-tor juga terus-menerus ditarikan seirama alunan musik. Acara ini akhirnya ditutup dengan doa bersama, lalu mempelai wanita pun pulang ke rumah mempelai pria.



Makan bersama, simbol kemakmuran sejati orang Batak Toba

Jamuan makan
Jamuan makan via www.hipwee.com
Di antara prosesi marunjuk yang memakan waktu berjam-jam, hal yang begitu menarik hati saya justru adalah jamuan makannya. Saya yang kebetulan lelah mondar-mandir memutuskan untuk duduk dengan beberapa teman saya sambil ngemil kacang yang dibeli (ya, beli!) dari penjual yang mondar-mandir di gedung pesta. Para penjual itu tidak diminta pergi oleh si empunya pesta, melainkan dibiarkan menjajakan dagangannya kepada para tamu. Itulah salah satu keterbukaan yang saya tangkap dari orang Batak Toba. Mereka menganggap sesamanya saudara, gak ada orang asing di sana. Memang suasananya jadi kayak pasar, tapi itu justru memperkaya nuansa di pesta pernikahan ini.
Penjual kacang di pesta
Penjual kacang di pesta via www.hipwee.com
Meja-meja mulai dipadati tamu; jamuan makan rupanya sebentar lagi dimulai. Teman saya yang Islam bergegas pindah ke ruangan sebelah. Ya, jamuan untuk tamu beragama Kristen dan Islam memang dipisah karena jamuan utamanya sebagian besar haram alias berbahan babi. Saya yang bisa makan babi memutuskan untuk tetap di tempat saya semula.
Nah, kalau biasanya jamuan pesta berupa makanan prasmanan yang tamunya bisa mengambil sendiri, kali ini makanan diantar ke meja-meja. Caranya pun sedikit “brutal” bagi saya. Pembagian nasi dan daging babi yang disaksang serasa seperti pembagian makan di penjara: nasi dituang satu per satu dari baskom ke piring tamu dengan porsi yang luar biasa. Lalu, daging babi juga dibagikan dengan cara yang sama. Benar-benar bikin saya kaget, namun juga terpesona
:D
Ibu-ibu guru dari Balige
Ibu-ibu guru dari Balige yang menemani saya makan bersama via www.hipwee.com
Saya yang masih terlongo bingung karena berpikir bagaimana menghabiskan nasi sebanyak itu makin kaget; ibu-ibu di sebelah saya mengeluarkan beberapa kantong plastik dari tasnya untuk membungkus sebagian nasi di atas piring. Salah satu dari mereka juga sudah menyiapkan wadah makanan plastik untuk membawa babi saksangnya. Wow!
Meski tanpa sendok dan garpu, orang-orang makan dengan lahap. Apa boleh buat, saya gak sanggup menghabiskan makanan di piring saya. Gak disangka, makanan sisa saya juga sudah “diincar” untuk dituang ke dalam plastik dan dibawa pulang! Yang tadi sih okelah, mungkin nanti akan dimakan sanak keluarga di rumah, tapi ini?
Ketika saya tanya, ibu-ibu itu menjawab sambil tertawa, “Buat makanan ayam di rumah, Mas.”(Ibu itu memanggil saya ‘Mas’ karena tahu saya dari Jawa.)
Ya, pengalaman jamuan makan kali itu sungguh di luar dugaan. Di balik kesederhanaan dan kepolosan mereka saat jamuan makan, di situlah saya sadar. Bagi mereka, pesta yang besar itu bukan diukur dari panggung pelaminan dengan dekorasi yang mewah atau band yang terkenal. Ketika semua bisa makan sampai kenyang, itulah sejatinya pesta yang sukses di mata mereka.
Meski bahasanya sama sekali tak bisa saya pahami, segala pengalaman unik yang saya alami membuat Balige jadi punya tempat tersendiri di hati saya. Suatu hari, saya ingin datang lagi dan menikmati jamuan pesta dengan cara yang berbeda seperti ini.

Sumber:
http://www.hipwee.com/travel/menilik-kemeriahan-pesta-perkawinan-adat-batak-toba-langsung-dari-balige/

Thursday, March 19, 2015

Pendiri Kerajaan Samudra Pasai adalah Marga Damanik keturunan Raja Nagur Simalungun

Pendiri Kerajaan Samudra Pasai adalah Marga Damanik keturunan Raja Nagur Simalungun


Damanik adalah marga atau morga dari suku Simalungun yang aslinya berasal dari daerah yang bernama Simalungun di provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Damanik berarti Simada Manik (pemilik manik), yang dalam bahasa Simalungun Manik berarti Tonduy, Sumangat, Tunggung, Halanigan (bersemangat, berkharisma, agung/terhormat, paling cerdas).

Dari beberapa versi sumber sejarah menyatakan bahwa leluhur marga Damanik dan marga-marga lain dalam Suku Simalungun berasal dari Nagore (India Selatan) dan pegunungan Assam (India Timur) di sekitar abad ke-5, menyusuri Birma, ke Siam dan Malaka untuk selanjutnya menyeberang ke Sumatera Timur dan mendirikan kerajaan Nagur dari Raja dinasti Damanik. (Abad ke 5-12)

Kerajaan Nagur diyakini merupakan salah satu kerajaan besar di Sumatra Utara yang berlokasi di Simalungun, penguasa ataupun pemerintahnya adalah dinasti Damanik. Sumber-sumber tulisan tentang Nagur umumnya diperoleh dari tulisan pengelana Tiongkok seperti Cheng Ho dan Ma Huan. Tulisan-tulisan tersebut telah dikompilasi oleh Groenoveltd, dalam Historical Notes in Indonesia and Malay (1960). 

Pada abad ke-12, keturunan Raja Nagur mendapat serangan dari Raja Rajendra Chola dari India, yang mengakibatkan terusirnya mereka dari Pamatang Nagur di daerah Pulau Pandan hingga terbagi menjadi 3 bagian sesuai dengan jumlah puteranya:

1. Marah Silau (Mendirikan Kerajaan Samudra Pasai)

2. Soro Tilu (yang menurunkan marga raja Nagur di sekitar gunung Simbolon: Damanik Nagur, Bayu, Hajangan, Rih, Malayu, Rappogos, Usang, Rih, Simaringga, Sarasan, Sola);

3. Timo Raya (yang menurunkan raja Bornou, Raja Ula dan keturunannya Damanik Tomok).

Selanjutnya, menurut catatan Parlindungan (2007) dalam bukunya Tuanku Rao 
Dalam buku tersebut diuraikan bahwa, Raja Nagur terakhir yang bernama Mara Silu, dan pada saat keruntuhan swapraja tersebut melarikan diri ke Aceh, Di dalam buku literature kerajaan Samudra Pasai (Aceh) ia dikenal dengan gelar Malik As Saleh (Malikul Saleh). Dalam Riwayat Raja-Raja Pasai (penulis dan tahun penulis tidak diketahui), diakui bahwa pendiri kerajaan Pasai adalah Merah Silu.yg segera berganti nama setelah masuk Islam dgn nama Malik al-Saleh yg meninggal pada tahun 1297. Dimana pengganti tak jelas namun pada tahun 1345 Samudera-Pasai diperintah oleh Malik Al Zahir cucu daripada Malik al-Saleh.


catatan: Catatan ini belum lengkap, Penulis akan melakukan penelitian lebih dalam lagi untuk diterbitkan menjadi sebuah tulisan Ilmiah. 

Oleh: Amri Saragih


Sumber:
https://www.facebook.com/notes/amri-saragih/pendiri-kerajaan-samudra-pasai-adalah-marga-damanik-keturunan-raja-nagur-simalun/342662567194

" EKSPEDISI SIMALUNGUN II " HUTA SILOU BUTTU 15-16 NOVEMBER 2014

" EKSPEDISI SIMALUNGUN II "
HUTA SILOU BUTTU 15-16 NOVEMBER 2014

Catatan Sebuah Perjalanan
Mengungkap Jejak GAJAH PUTIH dan legenda kebesaran SILOU
Komunitas Jejak Simaloengoen.

memulai jalur ekspedisi pagi itu
15 November 2014

MENEMUKAN SITUS GUNDABA SILOU BONA
Deru Sepeda motor memecah keheningan tebing tebing kokoh yang terkenal dengan benteng silou yang melegenda. Dari kejauhan terlihat barisan bukit yang konon sangat terkenal dengan sebutan BUTTU PARHAPURAN, BUTTU PANDODINGAN,BUTTU PANJOMURAN,BUTTU PARTONUNAN. Semua nama ini diberikan untuk sebuah penghormatan akan apa yang pernah berlangsung pada lingkaran bukit yang saling melingkupi pada masa kejayaan silou. Perjalanan memang sangat mengesankan apalagi didukung oleh cuaca yang sangat bersahabat. Pukul 10:45 wib kami sampai pada satu tempat yang yang menurut sumber informasi adalah tempat bersemayamnya sebuah gundaba. Silou Bona, ya... itulah nama tempat itu. Sebelum memasuki areal situs terlebih dahulu kami melewati daerah makam tua yang telah menjadi rimbunan hutan. Perasaan bergidik saat harus masuk kedalam hutan untuk menyaksikan makam tua yang menurut informan ukuran makam tidak lazim seperti ukuran makam sekarang ini. Makam makam berukuran panjang masih terlihat diantara rimbunnya dedaunan dan lebatnya hutan. Setelah itu team melanjutkan ke lokasi situs gundaba. Tiba dilokasi team harus mencari di mana lokasi GUNDABA tersebut karena sudah tertutupi oleh rimbunnya semak belukar. Kami harus bekerja untuk menemukannya, parang hutan machete yang ada pada tangan kami terus berkelebat merambah rimbunnya semak. Namun hal baik masih melingkupi kami, adalah team leader Franswell Fabo Sumbayak yang pertama sekali menemukan lokasi GUNDABA tersebut. Tersembunyi diantara rimbunnya semak yang telah menggunung. Perasaan gembira ketika menemukan situs yang tidak terawat dan terlupakan tersebut. Team beramai ramai merekonstruksi kembali posisi tempat situs berada. Ya...... dia ditemukan. Sebuah makam tua berbentuk GUNDABA ( Sarkopagus ). Kami menganalisa bahwa gundaba tersebut berbentuk kotak yang tertanam yang panjangnya kira kira, tinggi 120 cm , panjang 100 cm dan lebar 80 cm. Modelnya mirip dengan sketsa yang dibuat tuan GL Tiechelman untuk gundaba silou buttu yang melegenda. Gundaba bertutup model rumah adat yang merupakan kosmologi alam . Ujung halipkip bergambar model kepala kuda. Dan diatasnya duduk model dalam bentuk manusia yang seakan akan menunggang tutup dari gundaba tersebut.
( J Tideman juga menggambarkan model bentuk gundaba di silou pada halaman 71 buku Simelloengoen ) tertulis "

"midden daarin ziet men een halve meter hoog steenen grafmonument, een ruiter te paard of op een ander soort rijdier"
terjemahannya :
pada bagian tengah saya melihatnya setengah meter kubur batu yang tinggi , ( modelnya seperti pengendara kuda atau pada berbagai jenis binatang ?)
menurut catatan diatas Tideman hanya menduga bentuk dari sarkopagus tersebut. Namun bentuk secara pasti dia belum jelas. Apakah Sarkopagus dengan model tutup manusia berpenunggang kuda atau hewan lainnya.
Bentuk hampir mirip dengan model WARUGA di Minahasa. 
Setelah membersihkannya, Team meletakkan jejak derajat lokasi dengan GPS pada lokasi untuk penandaan pada peta agar situs tersebut masuk dalam pemetaan dan dapat dilihat khalayak ramai mengenai lokasi dan posisi. Team menamai situs tersebut dengan nama " GUNDABA SILOU BONA "


BACA SELENGKAPNYA di sini dan juga di sini










KERAJAAN NAGUR MENURUT BERITA CHINA

KERAJAAN NAGUR MENURUT BERITA CHINA

Ivan Taniputera
22 Februari 2013

Pada kesempatan kali ini, penulis akan menelaah sejarah Nagur menurut Berita China. Dalam Yingya Shenglan (1416) disebutkan hal-hal sebagai berikut:

1.Raja Nakur (那孤兒=Na gu er) juga dinamakan Raja Muka Bertato.
2.Letak Nakur adalah di sebelah barat Sumatera.
3.Wilayahnya hanya terdiri dari satu desa di pegunungan.
4.Penduduknya merajah wajahnya dengan tiga panah hijau. Inilah yang menjadi sebutan Raja Muka Bertato.
5.Jumlah penduduknya hanya sekitar seribu keluarga.
6.Pertaniannya relatif kecil jika dibandingkan dengan jumlah penduduknya.
7.Tanaman pertanian adalah padi gogo.
8.Hewan ternak: babi, kambing, unggas, dan bebek.
9.Tidak ada produk yang diekspor karena merupakan negeri yang relatif kecil.

[lihat W.P. Groeneveldt. Nusantara Dalam Catatan Tionghoa, Komunitas Bambu, Jakarta, 2009; halaman 134]


BACA SELANJUTNYA di sini



UNIMED Adakan Seminar Tentang Misionaris Jerman Di Tanah Batak

UNIMED Adakan Seminar Tentang Misionaris Jerman Di Tanah Batak
Jumat, 09 Januari 2015 - 18:16:26 WIB
Pusat Studi Sejarah dan Ilmu-ilmu Sosial (PUSSIS) bekerja sama dengan Jurusan Pendidikan Sejarah FIS Unimed adakan Seminar Ilmiah terbuka tentang "Misionaris Jerman di Tanah Batak". yang dilaksanakan pada Jumat, 9 Januari 2014 di Ruang Sidang A Biro Rektor Unimed. Kegiatan Seminar ilmiah ini menghadirkan narasumber dari Jerman yakni Prof. Dr. Uli Kozok (Universitas Hawaii). Hadir dalam seminar ilmiah tersebut Rektor Unimed Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si, Kepala PUSSIS Unimed Dr. phil. Ichwan Azhari, M.S, Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah Dra. Flores Tanjung, M.A, ratusan dosen dan mahasiswa internal Unimed dan beberapa perguruan tinggi di Sumatera Utara.

Rektor Unimed Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si, mengatakan dalam sambutannya dihadapan hadirin bahwa pertemuan seminar ilmiah ini sangat penting, karena merupakan satu upaya secara ilmiah dalam melakukan kajian ulang terhadap sejarah yang telah ditelan oleh pemahaman masyarakat. Apalagi kita telah hadirkan orang yang ahli dan telah melakukan penelitian di Indonesia dengan makan waktu yang lama yang dilaksanakan oleh Prof. Dr. Uli Kozok. Saya sangat senang dan bangga bila lembaga kita Unimed yang kita cintai ini terus aktif melakukan berbagai kajian-kajian ilmiah yang mampu menggugah emosional dosen dan mahasiswa dalam berpikir dan berkreasi untuk mengembangkan wawasan dan keilmuwannya. Saya yakin pasti kita dan peserta seminar ilmiah ini tidak akan rugi hadir dipertemuan ini, karena temanya cukup menarik yang mungkin masih sedikit orang-orang yang berkenan melakukan analisis ulang terhadap Peran Misionaris Jerman pada masa Penjajahan di Indonesia dan Namibia ini. Semoga pertemuan kita ini nantinya membawa kebaikan terhadap pengembangan ilmu kesejarahan di Indonesia.

Kepala PUSSIS Unimed Dr. Phil. Ichwan Azhari, M.S, mengatakan bahwa kita akan aktif melakukan pertemuan-pertemuan ilmiah yang menggebrak emosional calon ilmuwan dan ilmuwan di Sumatera Utara untuk lebih peduli terhadap sejarah. Kali ini kami mengusung topik, "Peran Missionaris Jerman Pada Masa Penjajahan di Indonesia dan Namibia", bahwa motif di balik penyelenggaraan ceramah kali ini adalah menajamkan penelusuran yang sebelumnya telah dipaparkan oleh pertemuan-pertemuan ilmiah yang ada. Kita menghadirkan kembali, Prof. Dr. Uli Kozok, seorang professor dari Universitas Hawaai, Manoa, USA yang ahli dalam analisis materi ini.

Ceramah yang dihadiri oleh akademisi, praktisi, dan mahasiswa yang memiliki perhatian pada kebudayaan dan sejarah ini berlangsung penuh antusias. Jejak para missionaris Jerman di Indonesia yang pada ceramah di tahun sebelumnya sudah dipaparkan oleh peneliti berkebangsaan Jerman ini dimulai dengan pemaparan ihwal Teologi dan Ideologi RMG. Rheinische Missions-Gasselschalt (RMG), Serikat Penginjilan Rain, ditegaskanProf. Dr. Uli Kozok sebagai sebuah perserikatan para missionaris yang memiliki tujuan untuk menyebarkan injil. Dalam pergerakannya, RMG yang merupakan cikal bakal HKBP, memang memiliki keterikatan dengan Belanda. Terutama dalam menunjang tugas para missionaris RMG. Tabir keberadaan para missionaris RMG, salah satunya Nommensen, yang terkenal di Sumatera Utara selanjutnya diungkap ke persfektif lain. Bertepatan dengan masa penjajahan, rupanya, keterikatan RMG dengan Belanda, dimulai dari kebutuhan untuk mempertahankan daerah tujuan penginjilan. RMG pada masa itu, mengajukan kerja sama dengan Jerman dan Belanda, agar kedua negara tersebut menjadikan wilayah tujuan penginjilan RMG sebagai wilayah jajahan. Hal ini dilakukan agar suplai kebutuhan aktivitas RMG dapat terpenuhi. Penelitian Prof. Dr. Uli Kozok selain berdasar pada surat-surat Sisingamangaraja juga merujuk pada catatan para missionaris yang setiap bulan harus mengirim laporan untuk diterbitkan. Namun sayang, memang belum semua berhasil diterjemahkan.

Dalam konsep penginjilan dan penjajahan menurut Prof. Kozok "Semakin berdosa sebuah bangsa, semakin berubah bentuk dan warna kulitnya. Semakin hitam warna kulit sebuah bangsa, semakin berdosa bangsa itu". Demikian ideologi yang dimiliki kaum berkulit putih, terutama para missionaris yang kemudian mengantar mereka memasuki berbagai belahan dunia. Pemikiran dan keyakinan itu kemudian menjadi dasar para orang kulit putih untuk melakukan kebaikan, meningkatkan derajat manusia kulit hitam dengan mengajak mereka mengikuti keyakinan para missionaris, menjadi seorang Kristen.

Belanda yang tengah menjajah Indonesia dan berpusat di Jawa sebenarnya tidak berkenan ikut campur mengurus Sumatera karena merasa tidak memiliki kepentingan ekonomi di tanah Batak. Namun selanjutnya, kerja sama dilakukan karena Belanda menyadari bahwa keberadaan tanah Batak harus dijaga dan dijadikan zona netral antara Aceh dan Minangkabau. Jika tanah Batak  menjadi wilayah dominasi islam, akan berdampak buruk pada stabilitas tanah Deli yang merupakan daerah kaya. Akhirnya Belanda bekerja sama dengan RMG dengan menjadi suplier dana pengadaan pendidikan, kesehatan dan berbagai kebutuhan masyarakat sekaligus memperkuat pertahanan Nommensen yang pada masa itu mengalami perseteruan dengan Sisingamangaraja yang bekerja sama dengan Aceh. Tidak berbeda jauh dengan di Sumatera Utara, penginjilan di Namibia juga pro pada penjajahan. Dengan menduduki suatu wilayah dan memiliki supiler, maka pergerakan RMG maksimal. (Humas Unimed).


Sumber:
http://humas.unimed.ac.id/unimed-456-unimed-adakan-seminar-tentang-misionaris-jerman-di-tanah-batak.html

Ini Dia 4 Pulau Tersembunyi Yang Indah Di Danau Toba

Ini Dia 4 Pulau Tersembunyi Yang Indah Di Danau Toba


Bicara perihal keindahan serta kekhasan danau Toba akan tidak ada habis habisnya. Ada banyak keindahan tersembunyi yang belum di ketahui beberapa orang. Di penjuru dunia kebanyakan orang tahu keindahan danau Toba disuguhi dengan keindahan pulau Samosir di tengahnya.

Pulau Samosir sering dikatakan sebagai penghias atau bunganya Sumatera Utara lantaran pas ada di dalam danau Toba serta di dalam propinsi Sumatera Utara. Namun, siapa kira danau Toba sebagai danau paling besar se Asia Tenggara itu juga ada pulau-pulau yang lain yang mengapung di bentang luasnya air danau. Memanglah unik, misterius serta tidak sering didengar telinga. Berikut disini 4 Pulau Tersembunyi Yang Indah Di Danau Toba :
1. Pulau Sibandang


Surganya buah mangga, benar saja pulau ini memanglah jadi salah satu sentra penghasil buah mangga dari Tapanuli Utara. Diluar itu, letaknya juga ada persisi di Danau Toba jadikan pulau ini tidak kalah menarik dengan Pulau Samosir yang sampai kini di kenal oleh orang-orang luas.

Oleh karena itu Anda harus untuk menggunjungi Pulau Sibandang yang ada di ketinggian lebih kurang 1173 mtr. dari atas permukaan laut serta bisa di akses dari Kota Muara, Balige serta Huta Nainggolan Pulau Samosir dengan memakai kapal motor. Pulau ini dapat populer juga sebagai penghasil buah mangga yang enak serta manis terasa.

Untuk menjelajahi Pulau Sibandang sangatlah dianjurkan saat pagi hari yang cerah. Sampai kini orang-orang luas cuma tahu bila wisata yang menarik di lokasi Danau Toba hanya pulau Samosir saja, nyatanya banyak pulau-pulau kecil yang sangatlah menarik serta malas terasa bila ditinggalkan demikian saja.


2. Pulau Tulas


Suatu pulau kecil yang masih tetap perawan serta belum tersentuh sedikitpun oleh manusia, inilah pulau Tulas yang ada di lokasi Danau Toba, Kabupaten Samosir, perairan darat terluas di Asia Tenggara yang bakal jadikan juga sebagai wisata Geopark of Lake Toba oleh tubuh UNESCO.

Bila Anda tengah mendaki atau menaiki pussuk Buhit atau tengah menaiki transportasi air seperti kapal very serta speedboat, pulau ini terlihat sangatlah terang dengan hamparan warna hijau yang menyelimuti keseluruhnya pulaunya. Diluar itu, air danau yang berwarna kehijauan seakan berikan nuansa yang sangatlah eksotis serta mempesona mata.

Tetapi sayang sekali, pulau yang termasuk juga di lokasi Pangurua tempat ini tak berpenghuni hingga tidak sering ada yang bertandang ke pulau sendiri ini, cuma ditumbuhi oleh semak belukar serta beragam type hewan yang isi kekosongan pulau hijau nan indah ini.

3. Pulau Tolping



Pulau ini terdapat di kabupaten Dairi, tepatnya disebuah desa wisata yang lebih di kenal dengan sebutan juga sebagai desa Silalahi. Orang-orang di lokasi danau Toba sendiri mengatakan bahwa daerah Silalahi adalah ujung dari danau toba lantaran cuma di daerah inilah danau toba bisa diukur kedalamannya.

Pulau ini memanglah tampak kecil, tetapi sangatlah mempesona lantaran dikaitkan oleh batu-batuan kecil yang tersusun secara rapi oleh alam, batuan ini dapat membujur hingga menuju pulau eksotis ini.

4. Pulao Tao

Pulao Tao yaitu suatu pulau yang sangat kecil yang terdapat sangatlah dekat dengan pulau Samosir. Pulau Tao yang kerap juga dikatakan sebagai pulau Malau ini terdapat persis di lokasi kecamatan Simanindo, jaraknya kurang lebih 10 menit dengan kapal dari kota Simanindo yang ada di pulau Samosir.
Kota Simanindo sendiri terdapat dipertengahan pada Pangururan dengan Tomok. Ada juga suatu restoran di pulau ini yang disyalir hanya satu bangunan disepanjang lokasi pulau Tao yang panjangnya cuma seputar 1 km. ini.
Dahulu pernah ada penginapan, tetapi sayang lantaran sepi pengunjung mengakibatkan hotel ini ditutup. Nikmati pulau Tao cukup menarik, terkecuali tempatnya yang jauh dari hiruk pikuk manusia, Anda dapat juga memandangi kontur gunung bukit barisan yang tampak sangatlah terang dari pulau ini.

Nah tersebut 4 Pulau Tersembunyi Yang Indah Di Danau Toba. menarik bukanlah pulau-pulau yang tidak sering Anda dengar di danau Toba.


Sumber:
http://citizen6.liputan6.com/read/2141375/4-pulau-indah-yang-tersembunyi-di-danau-toba

Menikmati Danau Toba dari Pulau Samosir

Menikmati Danau Toba dari Pulau Samosir

Oleh Olenka Priyadarsani

Keindahan Danau Toba tak akan pernah habis diperbincangkan orang. Dipandang dari sudut mana pun — baik dari Parapat, Tongging, maupun dari Pulau Samosir — danau ini sama indahnya. Kali ini saya akan mengajak Anda menyusuri Danau Toba dari dalam, yaitu dari Pulau Samosir.

Pemandangan Danau Toba dari udara. Kredit foto: Tempo/Arie Basuki


Dari Medan ke Danau Toba


Rute paling umum yang ditempuh wisawatan adalah melalui kota Parapat, yang berada di pinggir Danau Toba. Dari Medan, kota ini dapat dijangkau dalam lima jam perjalanan darat, melewati kota Pematang Siantar.

Bila hendak menggunakan kendaraan umum, Anda dapat menumpang bus atau L-300 di Terminal Amplas Medan. Saran saya, pilihlah bus besar sebab perjalanan yang panjang dan cukup berliku. 

Di sepanjang perjalanan, terutama bila sudah dekat Parapat, pemandangan indah Danau Toba dapat mulai Anda nikmati di sisi kanan jalan. Selamat datang di Parapat, gerbang menuju keindahan Pulau Samosir!


Pulau Samosir


Pulau seluas kira-kira 630 km persegi yang terletak di tengah Danau Toba ini dapat dicapai lewat dua pelabuhan: Ajibata dan Balige. Sebagai pelabuhan yang lebih besar, Ajibata menyediakan alat transportasi berupa feri yang dapat mengangkut mobil, truk dan kendaraan bermotor lainnya. 

Hanya dengan merogoh kocek sekitar Rp 3 ribu, Anda dapat menyeberang ke Tomok di Samosir dalam waktu sekitar 40 menit. Bila ingin menikmati pemandangan, ambillah tempat di dek bagian atas feri. Ketika terlihat anak-anak berenang di sekitar kapal, lemparkanlah uang koin, maka mereka akan berenang berebutan mengambilnya. 

Bila tidak membawa kendaraan, Anda dapat langsung menyeberang dari Parapat menuju penginapan yang telah dipesan. Perjalanan dengan perahu motor ini lebih cepat daripada feri, dan langsung mengantar Anda ke tempat tujuan. Biayanya Rp 5 ribu per orang, tetapi mungkin lebih bila ternyata tidak banyak penumpang di dalam perahu tersebut.

Danau Toba dan penginapan yang ada di pinggir danau. Kredit foto: Olenka Priyadarsani.


Tomok dan Tuktuk


Tomok merupakan desa pelabuhan yang menjadi tempat transit kendaraan dari Pulau Sumatra. Tempat ini ramai dengan pasar tradisional dan warung-warung. Di Tomok terdapat objek wisata yaitu Makam Raja Sidabutar. Bila Anda berjalan sekitar 45 menit dari Tomok, Anda akan tiba di Tuktuk, pusat wisatawan di Pulau Samosir. Ada angkutan umum apabila Anda tidak ingin berjalan di bawah terik matahari.

Sebagai pusat pariwisata di Samosir, Tuktuk menyediakan berbagai fasilitas, antara lain akomodasi, restoran, toko-toko, penyewaan sepeda dan sepeda motor, toko suvenir, agen perjalanan, juga beberapa bar.

Beberapa penginapan yang dapat dipilih antara lain Hotel Carolina, salah satu yang terbesar serta paling terkenal di Samosir. Yang lainnya adalah Tabo Cottages, yang terkenal akan masakan vegetariannya serta roti dan kue buatan sendiri.

Makam-makam raja Batak Toba yang cukup terawat di Pulau Samosir. Kredit foto: Olenka Priyadarsani. 

Bila Anda menginginkan kenyamanan dan suasana tenang, mungkin Horas Family House merupakan pilihan yang tepat. Selain itu, ada pula Hotel Silintong, Thyesza, Toledo Inn dan dan Samosir Cottages. Untuk satu malam, dana yang Anda keluarkan tidak akan banyak. Anda hanya akan merogoh kocek sebanyak Rp 100-250 ribu, tergantung fasilitas akomodasi yang dipilih. 

Bila Anda memutuskan untuk menginap di Tuktuk, tentu Anda tidak akan menghabiskan waktu di tempat itu saja. Menyewa sepeda dan sepeda motor merupakan pilihan yang tepat untuk menyusuri keindahan Danau Toba dan Pulau Samosir, serta tak ketinggalan budaya Batak Toba. Biaya sewa biasanya berkisar antara Rp 70-80 ribu.


Ambarita, Simanindo, dan  Pangururan


Dalam perjalanan mengelilingi Pulau Samosir, Anda dapat menikmati panorama bukit yang hijau, sawah yang membentang, serta pemandangan danau yang tenang. Semua ini mungkin jarang Anda dapatkan di kota besar tempat Anda tinggal.

Pemandangan sawah di Pulau Samosir. Kredit foto: Olenka Priyadarsani

Selain itu, aktivitas warga desa menjemur gabah dan mengangkut hasil bumi mereka akan menjadi pemandangan yang sangat menarik. 

Desa Ambarita bisa ditempuh dengan satu jam berjalan kaki dari Tuktuk, atau sekitar 20 menit dengan perahu. Desa ini menarik karena orang Batak Toba masa lampau masih menganut kanibalisme. Kini yang tersisa hanyalah jejeran kursi batu tempat para tetua mengadakan pertemuan untuk memutuskan nasib musuh yang tertangkap.

Di Simanindo, Anda memiliki kesempatan untuk melihat peninggalan rumah raja yang telah diubah menjadi museum dengan replika desa di sekelilingnya. Di salah satu sudut terdapat juga makam raja-raja Batak Toba yang cukup terawat. Dari tepi Danau Toba di Simanindo, Anda juga dapat melihat sebuah pulau kecil bernama Tao. Bila Anda bersepeda motor, Anda dapat menikmati keindahan Tao dan Danau Toba dari tepi dermaga.

Sementara itu, Pangururan dapat ditempuh selama sekitar 90 menit dengan sepeda motor dari Tuktuk atau Tomok. Objek wisata yang terkenal di Pangururan adalah Aek Rangat atau pemandian air panas yang bersumber dari Gunung Pusuk Buhit. Tempat ini sangat cocok untuk melepas lelah setelah seharian berkeliling Pulau Samosir dan menikmati keindahan Danau Toba.




- See more at: http://tumblr-indonesia.tumblr.com/post/15447478665/menikmati-danau-toba-dari-pulau-samosir#sthash.jHGGtoXC.dpuf